Tentang Indra dan Safrizal

Kadang-kadang saja, bang...
kalau ada nasi ya makanlah kami
kalau tidak ada, terpaksa puasalah kami
yang penting kami masih bisa tinggal di panti
dan ada yang memperhatikan kami

Mereka, Indra dan Safrizal, tak pernah mengeluh

Di panti ada sepuluh saudara kami
ada yang memang yatim piatu,
ada juga yang dititipkan orang tua
karena tak mampu menghidupinya
Buat kami sama saja
tak ada yang enak tinggal di penampungan

Hampir tak ada yang peduli keberadaan mereka

Sampai sekarang, aku, Indra, enggan pulang ke rumah orang tua
mereka selalu bilang
bahwa aku lebih baik tinggal di panti
daripada nanti aku dijual seperti abangku yang pertama
Dan aku, Safrizal, tak mau tahu siapa mak bapakku
sebab aku benci pada mereka
yang telah membuangku

Begitulah kekejaman hidup yang tak mengenal siapa korbannya

Sebenarnya kami masih punya banyak keinginan
yang tak mungkin tergapai
Aku, Indra, ingin jadi seperti Pak Ustadz pengasuh panti
punya usaha bengkel dan pandai mengaji
Pak Ustadz mahir memperbaiki mobil
hmm, pasti sekolahnya tinggi sekali
Aku, Safrizal, ingin jadi seperti Abang
bisa jalan-jalan ke mana saja
dan pegang kamera
Tapi, apa bisa, ya?
di Barus tidak ada sekolah yang bagus seperti di pulau Jawa

Memang, Barus, Sumatera Utara, tak terjamah kekayaan pulau Jawa

Comments

Popular Posts