Bacalah dengan ....

Adrenalinku mencuat. Kepingan-kepingan kolase kisah duka satu-persatu kurekat dalam benakku. Anak mencari orang tua. Orang tua mencari anaknya. Kekasih kehilangan kekasih. Jasad bertebaran. Tangis pilu menggema. Bumi porak-poranda. Bumi kehilangan persahabatannya, arrrghhh!!!

"Besok lu ke Aceh, Nus!"

Kutahu perjalanan takkan semudah yang pernah kutempuh. Mungkin saja, di antara hasrat menyibak aura pekat yang melingkupi Serambi Mekkah, aku kan terhempas. Terjungkir di palung simpati tak berujung. Meratap atas nasib nestapa saudaraku.

"Udah nyiapin apa aja, lu?"

Tak ada...hingga kini tak ada tanda yang mampu dibaca dengan fasih. Kalimat-kalimat mengalir menguak sangka. Teori digelar menebak qadha. Tapi, bencana ya bencana. Titik. Tuhan punya banyak rahasia yang mungkin bisa diterka jika kita mencintainya. Lalu, gimana denganku? membedakan ruku dan sujud saja sulit. Apalagi coba-coba melihat keajaiban-Nya.

"Pulang dengan selamat, ya..."

Insya Allah. Dari gelap menuju terang. Seperti perputaran bumi, siang dan malam, dingin dan panas, gegap dan senyap. Layaknya tandatangan di akhir dokumen, semua saling melengkapi. Kita hanya perlu lebih banyak membaca, seperti diingatkan Jibril, -Iqra' bismirabbikallladzi khalaq-.

Comments

Popular Posts