Suicide Soul [Part 1]

Sebuah fiksi

Konon, Tuhan tidak rela hamba-Nya melakukan bunuh diri. Oleh karena itu, Ia memberikan hukuman untuk mereka yang bunuh diri tidak hanya di alam akhirat. Sebelum kiamat, mereka yang melakukannya akan mengalami siksaan berupa tindakan bunuh diri yang mereka lakukan berulang-ulang hingga hari kiamat.

. . . . . . . . . . . . . . . . . .


Malam itu aku kerja sampai larut. Jarum jam di tanganku telah menunjukkan pukul sebelas malam. Sebenarnya, kalau tidak karena terpaksa akupun enggan untuk lembur sampai selarut ini. Tapi, apa boleh buat. Laporan kepegawaian akhir tahun ini harus kuselesaikan sebelum tanggal 28 Desember besok. Dan itu artinya waktuku hanya tinggal dua hari lagi. Dua hari lagi. Sementara itu, beban pekerjaan yang harus kutanggung seharusnya dikerjakan oleh dua orang, bukan sendirian.

Kalau saja Irene, asistenku, tidak mengambil cuti Natal plus melahirkan, mungkin laporan ini dapat kuselesaikan dua atau tiga hari yang lalu, dan kini aku bisa bersantai menikmati detik-detik menuju akhir tahun. Padahal, aku dan isteriku Alisha sudah berencana untuk menghabiskan akhir tahun dan menyambut awal tahun baru di kediaman orang tuanya di daerah Lembang. Wah, pastinya menyenangkan bertemu ayah Alisha yang hobinya sama denganku, memancing. Kalau sudah memancing berdua, kami seakan memiliki dunia kami sendiri. Kami bisa bercerita seribu satu hal, bercanda dari pagi sampai sore, bahkan menggoda gadis-gadis desa yang hilir mudik di sekitar pemancingan.

Hmmm. Aku tersenyum sendiri membayangkan saat-saat memancing itu.

Damn! Sudah jam setengah dua belas nih! Segera saja kubereskan kertas-kertas yang berserakan di atas mejaku. Tanpa kususun lagi kertas-kertas itu kuletakkan ke deretan ordner di sudut meja. Biarlah besok pagi baru kususun atas kategori-kategori tertentu. Mataku sudah hampir tidak dapat diajak berkompromi. Sial! bahkan font tulisan di monitor laptopku pun sudah tidak jelas lagi bentuknya. Kushutdown saja laptop itu, lalu kupandangi sekeliling ruangan kerjaku. Sepi. Hanya sederetan meja-meja bersekat tanpa tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Kecuali aku, tentunya.

Biasanya, Pak Oloan, security lantai 20 tempatku bekerja, masih setia ngendon menungguku sampai pulang. Tapi, entah kenapa malam ini ia tidak kelihatan batang hidungnya. Tadi sih, sempat aku lihat ia mondar-mandir memeriksa kunci pintu darurat di belakang sekat mejaku. Itu sekitar jam sepuluh. Ah, mungkin sedang duduk di meja security dekat lift, pikirku. Aku harus menyerahkan kunci ruangan ini kepada Pak Oloan karena aku orang yang terakhir berada di kantor.

Baru saja aku hendak melangkahkan kaki, tiba-tiba,
"tililit tililit tililit..."
Pesawat telepon di mejaku berdering. Aku kaget bukan kepalang. Shit! Jantungku berdegup kencang sekali. Siapa sih yang malam-malam begini iseng menelepon ke extensionku? Bikin jantungan saja. Sepintas aku berpikir yang tidak-tidak. Kata teman-temanku, gedung tempat kami bekerja adalah gedung yang angker. Beberapa teman pernah melihat hal-hal gaib yang sekarang lazim disebut 'penampakan'. Tapi, sampai detik ini, aku belum pernah menemui kejadian menyeramkan, padahal aku yang paling sering pulang malam di kantor ini. Lagipula, aku tidak terlalu percaya dengan hal-hal berbau mistis seperti hantu, santet, pelet, dukun, jimat dan semacamnya.

"tililit tililit tililit tililit..."
Pesawat telepon di mejaku berbunyi lagi. Okay, aku mencoba menjernihkan pikiran. Mungkin itu Pak Oloan yang mencoba mengecek apakah aku masih di mejaku atau tidak. Mungkin juga itu isteriku yang ingin menanyakan kapan aku pulang karena malam ini adalah.... Oh, Tuhan!! Goblok!! Benar-benar goblok aku ini!! Malam ini kan malam ulang tahun Alisha. Kok bisa-bisanya aku melupakan tanggal penting ini?! Pastinya ia telah mengharapkan kepulanganku sejak tadi. Alisha yang malang. Ia pastinya juga akan marah besar padaku.

Setengah berlari kusambar gagang telepon dan tergesa-gesa kudekatkan ke bibir dan telingaku.
"Halo... Alisha??"
Tak terdengar jawaban dari sana. Aku yakin ia Alisha, yang sedang kesal kepadaku, sehingga ia tak mau bicara.
"Alisha, ini kamu kan?"
Hanya suara desah nafas. Berat. Seperti sedang menahan sesuatu. Ya, menahan emosi, barangkali.
"Alisha, tolonglah. Aku tahu memang aku salah. Mestinya aku pulang cepat dan melewatkan malam ini bersamamu. Ini memang malam istimewa buatmu. Tapi apa boleh buat, aku harus ... "
"Tolong."
Sebuah sahutan memotong ucapanku. Tapi itu bukan suara Alisha. Itu bahkan bukan suara seorang wanita.
"Tolong."
Suara yang lirih. Serak. Seperti tercekat. Mengiba.
"Halo. Ini siapa? Jangan main-main ya. Saya nggak punya waktu untuk meladeni orang iseng," kujawab saja dengan nada agak ketus. Sepertinya, ini cuma orang iseng yang ingin menggangguku.
"Tolong. Lantai 13. Tolong." Suara itu terdengar lagi. Lantai 13? Maksudnya apa?
"Maksud kamu apa? Di lantai 13 ada apa? Kalau ngomong yang jelas dong!"
Suara desahan nafas berat kembali terdengar. Di belakangnya aku mendengar samar-samar bunyi yang sepertinya kukenal. Seperti bunyi bel pintu, terdengar setiap dua detik. Cukup lama juga aku mendengarkan suara-suara itu.
"Tolong. Lantai 13. Tolong..."
Itu kata-kata terakhir yang aku dengar. Setelah itu suaranya makin sayup-sayup dan akhirnya sambungan telepon pun terputus.

Dahiku mengernyit. Tiba-tiba saja aku merasakan hawa dingin di tengkukku. Hawa dingin yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Ini bukan hawa dari pendingin ruangan. Aku dapat merasakan hawa ini bergerak seakan menyelimutiku. Kok, tiba-tiba kepalaku pusing, ya? Nafasku juga terasa berat dan tubuhku menjadi lemas. Apa mungkin ini tanda-tanda kehadiran mahluk dari dunia lain? Heh! Aku tertawa sendiri dalam hati. Aku menertawai rasa takut yang tiba-tiba merasuki hatiku ini. Rasa takut yang aneh. Aku bahkan hampir tak pernah mempercayai bahwa ada dunia selain dari dunia yang tiap hari kulihat, kudengar dan kurasakan ini. Tapi kini, malam ini, di ruangan kantor ini, aku merasakan atmosfer yang sangat berbeda dari apa yang kutemui setiap hari. Dingin yang semakin merasuk ke tulangku. Rasa pusing bercampur kantuk yang semakin melingkupi kepalaku. Dan kakiku, hei, aku tidak mengerti kenapa tiba-tiba kedua kaki ini seakan tak kuat menopang beban tubuhku.

Aku ingin memejamkan mata, mengikuti naluriku yang tiba-tiba menuntunku untuk merebahkan diri. Aku takut, tapi aku tak berdaya melawan rasa takut itu. Aku hanya bisa mengikutinya. Ruangan ini semakin samar kulihat. Badanku tersandar ke sisi meja kerjaku. Mataku setengah terpejam. Tiba-tiba saja aku merasa sangat peka. Aku bisa merasakan keadaan di sekelilingku tanpa harus melihat. Dan saat ini aku merasakan sesuatu, eh, seseorang, eh, entahlah, pokoknya ia datang menghampiriku. Ia semakin mendekat dan ketika jaraknya sudah teramat dekat, aku bisa melihat bayangannya dari kelopak mataku yang setengah terbuka. Posisiku terduduk di depan bayangan itu. Aku bisa merasakan bahwa sosok pemilik bayangan itu menunduk ke arahku. Tangannya berusaha menggapai tubuhku. Tiba-tiba rasa takutku memuncak. Nafasku tersengal. Jantungku berdetak tidak karuan. Siapakah ia? Kenapa aku tidak berdaya untuk menggerakkan sendi-sendi tubuhku? Aku ingin bangkit tapi seluruh tubuhku rasanya terkunci di samping meja ini. Apa yang harus kulakukan?

Bayangan di depanku semakin mendekatkan tangannya ke arahku. Pada akhirnya, kurasakan tangan itu mencengkeram pundakku. Aku dapat merasakan kuku-kuku tangan itu berusaha menghunjam kedalam kulit pundakku. Ia ingin membunuhku!! Hantu itu ingin membunuhku!! Hantu?? Bagaimana aku menyimpulkan bahwa ia adalah hantu?? Pokoknya aku tahu, ia adalah hantu, sebab rasa takut ini begitu aneh. Ya, kesimpulanku, ini adalah rasa takut terhadap hantu. Gila!! Anjing!! Otakku tak dapat berpikir. Aku hanya ingin menjerit. Ya, menjerit. Kucoba mengeluarkan suara dari tenggorokanku. Sia-sia. Yang keluar hanya desahan kecil. Kucoba lagi. Masih saja desahan yang kukeluarkan. Sementara tangan itu kini mengguncang-guncang tubuhku. Sepertinya, ia ingin mencabik-cabikku seperti predator menghabisi mangsanya. Aku harus dapat berteriak meminta tolong. Aku tidak mau mati konyol malam ini. Kali ini aku kerahkan seluruh tenagaku yang tersisa.

"Tolooooooooooooooooooooooong!!!!"

* * * * * * * * * * * * * * *
bersambung

Comments

Lost said…
wah takuuuuuut! bisaan euy, hihiii... ditunggu sambungannya! :)
yaya said…
Horror euy...bayangin kl bacanya jam 12 malam Jumat...hiiii...

Popular Posts