Pelangi, Nirwana dan Bulan
Izinkan aku mencari sejuntai pelangi yang kulihat di sudut matamu kala kau berdusta padaku. Ya, dusta memang sering semburatkan keindahan dengan warna-warni menggoda. Meski kutahu itu tak ada, namun kuharap itu benar adanya. Dan saat dustamu kau tambahkan, kau rangkum jadi satu dengan senyum Monalisamu, nirwana mengerling padaku. Betul, di setiap lekuk auratmu yang entah sengaja atau tidak, terjamah mataku. Nirwana yang kau janjikan tiap kali kau bahas fatwa Sang Maesa. Katamu sambil tertawa, "Surga terjauh bisa kau tempuh sedalam dua puluh senti saja"
Lalu kau menatap ganas padaku. Tawamu mengukurku.
**********
Malam ini tak ada pelangi. Pun nirwana.
Malam ini aku cuma bumi. Kering. Merindu. Menahan.
"Bulanku telah datang padaku", katamu sambil menggamit paksa hasratku.
"Aku akan dicumbunya seminggu penuh. Pergilah ke Eden. Ia tahu banyak tentang pelangi dan nirwana."
Kau pun menghilang di balik tirai berlukis bintang itu.
Sekali lagi, sang bumi merasa mati. Dalam alam nyata ini.
Hhhh, apakah keindahan hanya setetes ilusi dan berahi yang terpercik di kulit ari?
Food Court LG Menara Mega, Minggu, 2 April 2006
Lalu kau menatap ganas padaku. Tawamu mengukurku.
**********
Malam ini tak ada pelangi. Pun nirwana.
Malam ini aku cuma bumi. Kering. Merindu. Menahan.
"Bulanku telah datang padaku", katamu sambil menggamit paksa hasratku.
"Aku akan dicumbunya seminggu penuh. Pergilah ke Eden. Ia tahu banyak tentang pelangi dan nirwana."
Kau pun menghilang di balik tirai berlukis bintang itu.
Sekali lagi, sang bumi merasa mati. Dalam alam nyata ini.
Hhhh, apakah keindahan hanya setetes ilusi dan berahi yang terpercik di kulit ari?
Food Court LG Menara Mega, Minggu, 2 April 2006
Comments
Pelai indah tak hendak mata brpaling menatapnya..
biarka datang lagi setelah hujan reda