Belum pantas jadi idola

Indonesian IdolBerharap jadi seseorang yang terkenal? mungkin beberapa di antara kita pernah melakukannya. Tapi buat gue harapan bukanlah sekedar impian, tetapi harus diwujudkan. Bermodalkan suara yang Insyaallah pas-pasan dan sedikit nyali untuk dicela, berangkatlah gue menuju Balai Kartini di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu, 21 Februari 2007 yang lalu. Ya, di sana digelar audisi Indonesian Idol oleh RCTI dan kebetulan hari itu adalah hari terakhir audisi yang digelar marathon sejak Minggu, 18 Februari 2007. Berdasarkan pengalaman audisi tahun sebelumnya, audisi hari terakhir relatif lebih sepi sehingga bisa selesai lebih cepat. Tahun kemarin saja, gue mulai ngantre jam 9.30 dan sudah bisa pulang jam 1.30 siangnya.

Memang sih, antrean tidak sebanyak yang gue lihat pada hari-hari audisi sebelumnya. Pada hari pertama, kedua dan ketiga, jam segitu antrean bisa mencapai luar pagar gedung Balai Kartini. Pas hari gue audisi antrean hanya ada di halaman parkirnya. Syukurlah, pikir gue, sebab gue berencana mau masuk kantor setelah audisi, secara, kantor gue hanya berjarak dua ratus meter dari Balai Kartini. Namun, rencana cuma tinggal rencana. Audisi yang gue harapkan akan selesai jam dua-an, molor sampai jam setengah enam sore.. Gila..padahal kalo gue hitung-hitung, jumlah peserta hari terakhir di Balai Kartini lebih sedikit dibandingkan hari terakhir di PRJ Kemayoran tahun lalu. Gue nggak ngerti apa yang membuat pelaksanaan Indonesian Idol tahun ini lebih lambat.

Tampaknya, keputusan RCTI untuk memindahkan lokasi audisi harus dibayar dengan penderitaan para peserta. Balai Kartini yang ukurannya jauh lebih kecil dari arena PRJ Kemayoran membuat antrean bertumpuk hingga luar gedung. Area parkir di basement gedung yang juga dijadikan tempat antrean terasa sangat panas dan sumpek, bahkan terkesan kumuh. Di sini saja gue harus ngantri selama dua jam lebih. Sudah begitu, hampir tidak ada konsumsi yang diberikan kepada peserta audisi, selain sebungkus kecil wafer tango isi enam butir yang kami terima pada saat ngantre. ITulah sarapan dan makan siang yang gue punya sepanjang hari itu. Mungkin itu alasan ada beberapa peserta (terutama wanita) yang tergeletak pingsan. Panas dan kelaparan. Kalau boleh gue bandingkan, tahun kemarin relatif lebih 'banjir' gratisan. Waktu itu, pertama antri saja, gue sudah diberi sebotoh VitaZone dan tiga bungkus tango, dan setelah audisi diberikan sebuah goodie bag berisi se-gambreng gratisan produk Orang Tua. Tapi, tahun ini... jangan harap...

Ngantre memang jadi keluhan terbesar. Apalagi pada saat mengantre di sebuah Aula yang lantainya semen dan tidak ditutupi karpet atau sejenisnya. Alhasil, pakaian rapi jali yang dikenakan para peserta harus ternoda oleh debu lantai yang segera nempel di bagian pantat. Beruntung ada beberapa peserta yang membawa koran, sehingga mereka bisa duduk beralaskan koran tersebut. Kalau sudah begini, beberapa peserta mengeluh, "Jorok banget sih tempatnya". Tapi toh, demi impian menjadi bintang, mereka sepertinya tidak terlalu mempedulikan. Gue sih, merasa kasihan kepada mereka yang sudah pakai baju bagus yang harus terkotori debu lantai itu. Di tempat ini gue harus rela menunggu sambil 'deprok'(duduk di lantai) selama dua jam lebih untuk sampai ke meja pendaftaran dan memperoleh nomor peserta. Ya, gue tercatat sebagai peserta dengan nomor 41451. Setelah dapat nomor apa gue langsung audisi?? Nggak. Gue dan peserta lain harus masuk ke aula lain- untungnya kali ini lebih bersih- untuk kembali menunggu dalam ketidakpastian.

Untungnya, di ruangan kali ini, gue dan yang lainnya tidak menunggu dalam kejenuhan yang terlalu tinggi karena kami dihibur oleh penampilan beberapa performer seperti Superglad, Nobo dan Mike Idol. Sementara itu, pemanggilan nomor peserta audisi dilakukan melalui layar besar di depan. Setelah kurang lebih 2 setengah jam di ruangan penantian 2 ini, akhirnya nomor gue pun muncul di layar besar tersebut. Artinya, pembantaian segera dimulai. Gue dan empat peserta lain diarahkan menuju lantai atas dan dikumpulkan di depan sebuah ruangan bercat putih yang didalamnya terdapat ruangan-ruangan kecil yang digunakan untuk mengaudisi. Suasana tegang pun mewarnai wajah peserta audisi yang beberapa orang mulai komat-kamit entah melapalkan doa atau menghapalkan lirik lagu.

Satu persatu kami masuk ke ruangan kecil itu. Dan tibalah giliran gue setelah tiga peserta sebelumnya keluar dengan wajah pucat tapi puas karena beban yang ditanggung selama berjam-jam pun lepaslah sudah. Agak grogi juga sih sebenarnya, mendengar suara-suara dalam bilik itu. Rata-rata memang bisa menyanyi, walaupun yang benar-benar bagus sepertinya belum ada. Namun, kami harus berusaha semampu kami, dan kami berharap usaha keras kami dihargai oleh para penilai. Kami semua merasa pantas jadi idola, namun nasib kami ditentukan di bilik 'pembantaian' itu. Dan ketika tiba giliran gue, gue cuma berdoa agar gue diberi ketenangan, karena saat itu yang gue rasakan cemas yang berlebihan. Dalam bilik sudah ada tiga orang penilai, semuanya pria. Seorang penilai yang berusia paling tua menanyakan nama, umur serta lagu yang akan gue nyanyikan. Setelah gue jawab dengan singkat, gue dipersilakan untuk menyanyikan bagian reff lagu. Perlu diketahui, kebijakan ini diambil untuk mempersingkat waktu audisi. Lagu yang gue nyanyikan pertama kali adalah "Earthbound"nya Conner Reeves. Lumayan sukses siih, meskipun gue merasakan ada beberapa nada yang loss, tapi gue lihat para juri manggut-manggut saja. Setelah selesai, si juri yang tua tadi meminta gue untuk menyanyikan satu lagu Indonesia. Ini yang akhirnya gue sesali. Seharusnya gue tidak memilih lagu yang terlalu banyak dinyanyikan. Ya, gue memilih lagu "kejujuran hati"nya Kerispatih. Lantang dan lancar gue nyanyikan. Tapi gue merasa versi yang gue nyanyikan sangat standar dan gak ada yang istimewa.

Setelah selesai dengan lagu kedua, para juri tampak berembuk. Gue bisa melihat salah seorang juri yang sepertinya decision maker menggelengkan kepala. OK, I know the result. Sepertinya tahun ini pun gue harus tersingkir di tahap precast. Sedih?? nggak juga. Kecewa?? pasti. Gue cuma menginginkan mereka mengutarakan apa yang masih kurang dari audisi yang gue lakukan. Dan gue rasa semua peserta audisi yang tidak lolos menginginkan hal tersebut agar kami bisa berbenah diri dan lebih siap lagi di tahun depan. Ya, tahun depan umur gue masih memungkinkan untuk ikut audisi kok...

Meskipun kali ini gue dianggap belum pantas untuk jadi idola menurut mata mereka, gue yakin gue adalah idola, setidaknya untuk diri gue dan keluarga gue...

Comments

Anonymous said…
loe teteb jdi idola kok bos.....bnyak jalan untuk jadi idola gak hrus jual suara merdu

loe teteb jadi idola ghuempi
T A T A R I said…
mas yunuuuusss
suaramu bagus kok..honestly I'm so surprised waktu pertama kali denger kamu nyanyi..

kamu tetep jadi idola kok
sang fotografer tanpa tanda jasa
xixixixi...
Anonymous said…
teteeeupp... tetep idola dan andalan waktu karokean dan poto2.... :D
Anonymous said…
mas yunus, mungkin saya belum kenal baik dg mas yunus. tp sy yakin, mas yunus masih punya banyak lagi sisi baik dr diri mas yunus, drpd sekedar penampilan fisik dan suara yg bagus. Sisi baik yg, walau mgk belum bs jadi idola org banyak, mdh2an bs tetap bs mewarnai dunia dengan warna jiwa positif mas yunus sendiri, walau warnanya belum seterang orang lain. mungkin tdk banyak, tapi mdh2an tetap berarti.

Mungkin, penampilan, suara, banyak memikat org lain di layar kaca. Walau memang keindahan suara dan penampilan banyak memikat orang, apa nggak lebih bermakna keindahan jiwa seseorang? Apa lebih baik orang mengenal dan menerima kita karena pribadi kita, karena kita adalah kita, ataukah lebih baik kita dikenal orang karena sekedar penampilan (atau suara, atau sesuatu yg bersifat materiil)?

Mungkin, 'belum pantas jadi idola' bs ada hikmahnya.
deltakirana said…
err.. yunus..???
idola tuk endonesah?

plis deh...
lo cukup idola buat kita2 aja deh nus..
heu3...
*gak rela menyerahkan yunus untuk endonesah*

hidup yunus....
taun depan berkobar lagi...
Yunus Idol said…
Makasich makasich.. hiks hiks jadi terharu... padahal gue udah mempersiapkan speech jikalau nanti gue bener-bener tembus sampe 12 besar or bahkan jadi juara Indonesian Idol (heuheuheu). Anyway, thanks buat support-nya. Life goes on kan? Ayoo, kapan karaoke dan foto-foto lagii.. (hii, teteuup)
Anonymous said…
Hmm, You're still an idol for Us.
No one in that karaoke room can compare with You.

hmm, and You re still be my best duet for sing a song .

Cayo Bro.....
Anonymous said…
wah.. yunus ikutan indonesian idol? kereen... :p pantas blognya jarang di update.. ternyata oh ternyata... bikin persiapan untuk indonesian idol toh... :)
Anonymous said…
gagal bukan berarti kalah, masih ada kesempatan di lain waktu & tempat.
yg penting, KAMU TETAP IDOLAKU ;)
Hidup Yunusss!!!
Anonymous said…
haha.. namanya masih tetep yunus idol kan bro??
eniwei, blog sy udah pindah kesini bro

mampir yak...
Anonymous said…
tenang masih ada KDI mas
semangatttt
IndigoDeviLLe said…
Menarik juga nih, setidaknya sekarang bisa membayangkan kira-kira apa yg terjadi di balik tayangan2 yg di TV. Tadinya gue sempat keheranan ngeliat orang2 yg sampe nangis karena ga lulus audisi.

Semangat trus yah!

Popular Posts